• Selasa, 26 September 2023

Filosofi dan Sejarah Di Balik Tradisi Masyarakat Jawa Merayakan Lebaran Ketupat Setelah Syawal

- Senin, 1 Mei 2023 | 18:08 WIB
Makna ketupat yang perlu diketahui (Foto: Pinterest)
Makna ketupat yang perlu diketahui (Foto: Pinterest)

Quena.id – Ketupat merupakan salah satu hidangan wajib saat merayakan hari raya lebaran dan biasanya tersaji bersama hidangan pelengkap lainnya seperti, opor ayam, semur, rendang dan lain-lain.

Dibalik rasanya yang enak dan unik, ketupat ternyata memiliki filosofi dan sejarah yang melahirkan tradisi lebaran ketupat.

Lebaran ketupat atau riyoyo ketupat, merupakan tradisi yang biasa dirayakan oleh masyarakat Indonesia khususnya di daerah Jawa.

Baca Juga: Sobat Quena wajib Tahu! Inilah Makna Filosofis dan Sejarah Tradisi Lebaran Ketupat di Jawa

Lebaran ketupat biasanya akan digelar pada hari kedelapan setelah hari raya lebaran atau setelah melaksanakan puasa syawal.

Masyarakat khususnya di daerah Jawa akan memasak dan memakan ketupat untuk merayakan hari lebaran ketupat.

Berikut Filosofi dan Sejarah Lahirnya Tradisi Lebaran Ketupat

Ketupat merupakan makanan yang berasal dari beras yang dimasukkan ke dalam wadah berbentuk dari anyaman janur daun pohon kelapa dan dimasak dengan cara direbus.

Ketupat biasanya disajikan bersama dengan hidangan pelengkap seperti opor ayam dan dimakan saat hari raya, sebagai wujud rasa syukur atas rejeki, kemenangan berpuasa dan untuk mempererat tali silaturahmi.

Selain memiliki cita rasa yang unik dan enak, ketupat ternyata dijadikan sarana atau media dakwah oleh Sunan Kalijaga dalam menyebarkan islam di tanah Jawa.

Sebelum islam masuk ke nusantara, masyarakat di wilayah Indonesia khususnya di daerah pesisir dan agraris telah lebih dahulu masuk ajaran Hindu.

Baca Juga: Tak Cuma Opor, Lodho Ayam Khas Tulungagung Juga Cocok Disantap Bersama Ketupat

Di zaman dahulu masyarakat di daerah pesisir dan agraris terutama para petani, selalu menyajikan makanan ketupat saat melakukan upacara selamatan.

Para petani setelah panen melakukan tradisi selamatan, sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan kepada Dewi kemakmuran yang bernama Dewi Sri.

Di kerajaan Majapahit dan Pajajaran, Dewi Sri merupakan dewi tertinggi dan dimuliakan.

Halaman:

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: YouTube Avan Varooq

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X